Arsip Kategori: keuangan

Kenapa Sensi Amat?

Kalo yang udah follow-followan sama gw di instagram (@mpok_etty, ehmm #terkode) pasti bisa menangkap kesensian gw terhadap buku tabungan akhir-akhir ini deh.

Sebenernya bukan cuma akhir-akhir ini sih, buku tabungan adalah benda yang gw miliki sejak lama tapi paling males gw liat apalagi dibingkai 😀

Kenapa sensi amat?

Karena gw mah orangnya jarang nabung (kecuali di WC) dan menatap buku tabungan bikin gw merasa bersalah. Rasa bersalahnya tuh persis kayak ketemu mantan yang pernah kita selingkuhin zaman dahulu kala terus kita putusin pake alesan butuh ruang (bahh, butuh uang mungkin sedangkan butuh ruang adalah hil yang mustahal).

Tapi tenang gw gak akan berpanjang lebar menceritakan proses perselingkuhan gw terhadap mantan-mantan pacar gw disini, gak bagus buat kesehatan karena mengandung kolesterol dan asam urat.

Yang mau gw ceritakan justru sebuah cerita tentang pemuda berusaha 24 tahun (tidak tampan) dan kehebatannya dalam menabung (yang bukan cuma di WC).

Sebut saja namanya Shaheer (bukan nama sebenarnya), dia ini anak angkat tetangga gw yaitu Bapak dan Ibu Wijaya (tentu saja bukan nama sebenarnya). Pernikahan Bapak Wijaya dengan ibu Wijaya adalah pernikahan ke-tiganya, sebelumnya Pak Wijaya sudah pernah menikah dan memiliki dua orang anak.

Shaheer dibesarkan dengan kasih sayang penuh Bu Wijaya yang ternyata tidak bisa memiliki anak kandung karena suatu hal. Pak Wijaya sendiri bukanlah sosok ayah yang bisa dibanggakan.

Hobby nya adalah mabuk-mabukan dan berjudi. Kombinasi yang mematikan. Efeknya sama buruknya dengan kombinasi Tanggal Tua ditambah Kondangan.

Dengan hobby yang demikian sulit buat Pak Wijaya disayangi anak-anak kandungnya, tapi sebagai tetangga sejak puluhan tahun lalu gw bisa melihat bahwa Shaheer cukup sabar menghadapi bapak angkatnya ini.

Tahun lalu Pak Wijaya berpulang ke Rahmatullah setelah sakit dan lumpuh berbulan-bulan lamanya. Frekwensi anak kandungnya menjenguk dia ketika sakit bisa dihitung pake tangan sebelah. Semua biaya perawatan pak Wijaya ditanggung oleh istrinya dan Shaheer.

Seminggu setelah pemakaman pak Wijaya, sesuai kebiasaan maka dilakukan pembahasan harta warisan dan ina-inu perintilan lainnya yang cukup ribet.

Tentu saja Shaheer sebagai anak angkat tidak dapat bagian sedikitpun dari harta yang diwariskan. Diputuskan rumah yang ditempati Shaheer dan bu Wijaya dibagi tiga, yaitu kepada : Bu Wijaya dan kedua anak tirinya.

Tidak ada yang berkeberatan atas keputusan ini, Shaheer cukup tau diri atas posisinya sebagai anak angkat. Yang menjadi masalah adalah, bulan berikutnya kedua anak kandung almarhum Pak Wijaya secara kompak menyatakan keinginannya menjual bagian warisan mereka.

Bagai disambar petir disiang bolong, bu Wijaya yang sehari-hari menjual nasi uduk, lontong dan gemblong sebagai mata pencaharian jelas kaget dan lemas.

Rumah itu cukup luas memang, sekitar 120m2, tapi kalau bagian anak-anak tirinya dijual itu artinya dia pun harus menjual bagiannya.

Bu Wijaya cuma bisa menangis karena sedih memikirkan akan kehilangan rumah kenangannya, harta satu-satunya. Tapi kalau dia tak mau ikut menjual bagiannya berarti dia harus membeli bagian warisan anak-anak tirinya.

Uang dari mana?

Shaheer sehari-hari hanyalah seorang Office Boy, gajinya bahkan jauh dibawah UMR. Untuk menambah penghasilan sepulang bekerja Shaheer menjadi tukang ojek.

Darimana mereka bisa punya uang puluhan juta untuk membeli rumah itu? Begitu mungkin yang jadi pikiran bu Wijaya.

Tapi ketika akhirnya dia menceritakan hal ini kepada anaknya, respon anaknya cuma satu ” Ayo Bu kita ambil uang kita ke Bank”

Diajaknya ibunya yang sudah mulai tua itu memasuki sebuah gedung kantor cabang sebuah Bank. Dan ketika mereka keluar dari gedung itu dengan uang puluhan juta ditangan bukan main lemas dengkul bu Wijaya.

Bukan cuma karena kaget tapi juga takut. Dia takut Shaheer anak kesayangannya diam-diam jadi bandar narkoba atau sejenisnya. Dimata ibunya tak mungkin anaknya yang gajinya cuma sekecil itu bisa punya tabungan ratusan juta rupiah di Bank.

Sepulang dari bank, pelan-pelan Shaheer bercerita bahwa sejak mulai bekerja lima tahun lalu dia rutin menyisihkan penghasilannya untuk ditabungkan. Uang hasil mengojek pun ditabungkan seluruhnya.

Hasilnya bisa mereka nikmati hari ini, sekarang rumah itu menjadi milik mereka seutuhnya. Ibunya bisa tenang menjalani masa tua sambil terus berdo’a agar Shaheer bisa mendapat jodoh yang baik. Yang bisa menyayangi tidak hanya dirinya tapi juga bu Wijaya.

Mendengar sendiri cerita ini dari mulut Bu Wijaya tentunya bukan cuma membuat gw terharu tapi juga malu. Kok ya gw sebagai orang dengan penghasilan berkali lipat dari Shaheer gak punya tabungan sebanyak itu ya?!?

bing beng bang

Kabar-Kabur si Proyek Rumah

Pertama kali di tulis di blog ini mengenai si proyek rumah di Desember 2010, proses awal bangetnya sih sekitar Oktober 2010. Sempet tertunda karena kendala keuangan, akhirnya di Juni 2012 ini Proyek Rumah resmi selesai

Alhadulillah Ya Allah, akhirnya tinggal mikirin ngisi nya aja *semaput lagi*

Di total-total sebenernya ngebangun rumahnya sendiri sekitar 8 bulan saja, tapi karena sempet rehat setahun jadinya ya baru sekarang di pertengahan 2012 ini selesai. Dan sudah sejak malam minggu kemaren (tanggal 2 Juni) kita nginep dirumah baru padahal belom ada gorden loh, dan ini semua terjadi karena Shira kelewat seneng sama rumah barunya dan gak mau balik lagi ke rumah ortu gw. Sungguh tengil bocah satu itu.

Padahal tempat tidur dan lemari baju, meja rias gw masih dirumah mamah semua jadinya super rempong deh, mandi di rumah baru pake baju di rumah mamah. Untung aja cuma sekepretan tali kolor, kalo jauh bijimana nasib gw coba.

Syukura? belom, takado duit inih. Jadi duitnya udah abis yah, bahkan gajian kemaren pun duitnya cuma salamlekum trus pamitan semua. Jadi segala hal yang nampak gak urgent ditunda, termasuk syukuran itu.

Rasanya gak ada gorden gimana? biasa aja sih, karena sementara ini kita tidurnya masih dikamar shira yang adanya di bagian belakang jadinya tinggal pasang kain batik ajadeh dijendela dan gak keliatan tetangga. Tidurnya pun masih darurat pake kasur ditaro lantai dan belom pake dipan, berat ya bok ngangkat dipan ke lantai atas jadinya diskip sajah.

Perabotan yang diangkut dari rumah mamah baru kursi tamu, kulkas, rak dapur sama TV dan komputer saja, oia kelupaan sama lemari pakaian dalem juga. Sisanya semua masih nangkring minta diangkut. Mana tempat tidur gw tuh modelnya yang pake tiang-tiang gitu, berat pula jadi udah capek duluan mikir mindahinnya.

persis kayak gini
~gambar dari google~

Kayaknya mesti manggil tukang deh buat mindahin si tempat tidur rempong, padahal ya dompet lagi bokek berat jadinya tunda lagi ajadeh. Dan rumah nya masih kosong melompong, bisa buat gelundungan si bocah dari ujung ke ujung. Tapi kayaknya Shira super happy di rumah barunya ini. Bikin emak-bapaknya jadi terharu.

Ya Allah , emang enak ya jadi bocah, gampang banget bahagianya. Disaat emaknya masih pusing belom punya kitchen set dan ini-itu (secara harus ngalah sama suami yang pengen punya bathup dan aer panas buat mandi) anaknya cukup seneng tidur gelaran kasur dilantai dan bergordenkan kaen batik.

Yuk mari kakak kita berdo’a semoga bonus tahunan itu bukan hoax belaka dan emaknya Shira bisa beli gorden (kitchen set nya kapan-kapan aja) dan tidur di tempat tidur lagi.

Oia, ngatur keuangan kembali setelah babak belur bikin rumah itu sungguh perjuangan deh. Kayaknya kapan-kapan mau gw tulis, tips tetap survive dilanda badai keuangannya 🙂 (gaya banget dah)

Yuk mari kita kerja lagi, sambil do’a kan perlu usaha supaya mantep gituh. Dan mari melambai pada FESTIVAL JAKARTA GREAT SALE tahun ini, maaf aku skip dulu yak tak belanja-belinji sampai jumpa tahun depan saja.

Investasi Jati

Sudahlah kita tinggalkan yang galau-galau gak penting dibelakang, mari kita bahas yang agak bermutu supaya pemilik blog nampak cerdas dan soleha dimata pembaca 🙂

Jadi tadi gw dapet brosur mengenai bisnis jati ini di pameran Pariwisata di JCC. Emang ngeliat pameran itu salah satu sumber ilmu dan membuka wawasan buat gw. Karena selain dapet brosur tadi juga belanja coklat chocodot dan liat tanaman sarang semut dari Papua. Ternyata sarang semut yang katanya obat itu tanaman sodara-sodara, gw baru tau jadi jangan di toyor ah kan aku newbie.

Duh keliatan banget ya kalo gw tuh kalo bikin postingan seringan ngelantur nya. Nah langsung ajadeh kita kulik lagi si bisnis jati yang ditawarkan ini. Nama Perusahaannya PT.JATY ARTHAMAS RIZKY, websitenya http://www.jati-arthamas.com.

Harga kayu jati terus meningkat 2 kali lipat setiap 5 tahun dalam 25 tahun ini. Harga kayu jati dipatok mulai dari USD 200 s.d USD 2.500 pada tahun 2004 (data dari WTO). Investasi dengan bibit jaty arthamas diperhitungkan dapat membukukan keuntungan antara + 2000% dalam kurun waktu 5 tahun (bila belum memiliki tanah) sampai dengan 8000% (jika sudah memiliki tanah).

~kutipan dari brosurnya~

Bacanya ngeri-ngeri sedap yak, hari gini investasi apaan coba yang untungnya sampe 8000% begitu?! Jual beli tuyul mungkin *kemudian disambit pak ustadz*

Jadi kalo baca di brosurnya PT.Jaty Arthamas ini punya kebun di daerah Jonggol , Sukabumi (Jawa Barat) , Wonosari dan Cepu (Jawa Tengah). Nah mari kita liat paket investasi yang ditawarkan :

Lahan 1 Hektar di Jonggol

Harga penawaran tanah/m2 Rp.50.000 s/d AJB    Rp. 500.000.000,-

s/d SHM                                                                                     Rp. 550.000.000,-

Harga Bibit 1333bibit x Rp.20.000                               Rp.   26.660.000,-

Perawatan selama 3 bulan pertama                               Rp.   31.500.000,-

Harga Total s/d AJB                                                      Rp.  558.160.000,-

Harga Total s/d SHM                                                     Rp. 608.160.000,-

Lahan 1000 m2 di Jonggol

Harga tanah 1.000 m2 s/d SERTIFIKAT                   Rp.   67.000.000,-

Penanaman bibit (134 bibit)                                            Rp.      2.680.000,-

Biaya Land cleaning, pelubangan, pengairan, pemupukan

, penanaman, penjagaan selama 3 tahUN                  Rp.  10.319.900,-

TOTAL                                                                                   Rp. 79.999.900,-

Term Of Payment : dapat diangsur 5 bulan masa pembayaran.

Jadi investasi jati ini jelas bukan investasi jangka pendek ya buibu, namanya aja tanaman kan butuh waktu untuk tumbuh berkembang sampe bisa dipanen. Nah Kalo dari brosurnya gambaran nya kira-kira paling cepat itu 7-8 tahun. Berarti masuk jangka menengah yah.

Di brosurnya gambaran keuntungan bruto 7-8 tahun itu sekitar 3927% alias 33 x. Kalo yang 10-12 tahun sekitar 12.362% alias 123 x, nah yang 15 tahun 40.192% alias 401 x !!! Semakin ngerii nih ngetiknya.

Pengalaman gw beli kayu waktu lagi ngebangun rumah udah jelas, harga kayu apalagi jati emang mahal sekali. Nyaris beda tipiS sama harga diri penulis sendiri *pemilik blog lebay*. Jadi tertarik loh gw, seriusan. Bukan yang hektaran pastinya, cukup yang 1000 m2 saja itupun pake mikir dulu duitnya dari mana.

Nah itu tadi kan gambaran keuntungan alias yang indah-indah, kalo gambaran negatif nya gimana ? mbuh gw gak tau. Kan baru baca brosurnya doang belum tanya yang pernah terjun langsung di investasi beginian.

Tapi gw inget zaman dahulu kala pernah ramai PT.QSAR (Qurnia Subur Alam Raya) yang menjanjikan keuntungan jeder-jeder ternyata bawa kabur duit investor sampe masuk tv dan koran-koran.

Kayaknya sih PT.JATY ARTHAMAS RIZKY ini bukan tipe yang begitu, secara udah berdiri sejak 1998 jadi udah lebih satu dekade lah. Dan kayaknya gw pernah baca profil pemiliknya (Permpuan loh!!) di majalah Femina. Inspiring woman sekali nampaknya.

Jadi gimana, tertarik investasi jati???

D.U.I.T

Satpam kantor dateng ke meja gw  ( kita sebut aja oknum A) trus ngomong ” Bu minjem pinsil sebentar yaa” gw manggut-manggut aja. Waktu gw lewatin meja satpam keliatan deh oknum A lagi sibuk nulis-nulis mukanya serius, dia lagi ngecak Togel (Toto Gelap). Buat yang gak paham ngecak Togel tuh proses yang dilalui pemasang togel sebelum benar-benar masang Togel. Semacam ngitung gitu tapi entah pake rumus apaan.

Dari ceritanya ke gw ( dia cerita sendiri tanpa gw tanya) katanya dia cuma masang kecil  “Cuman 5 ribu doang kok bu”  trus gw tanya ” 5 ribu sehari ? ” “Iya bu sehari”..

Speachless gw, dia yang gajinya sebulan cuma 1.5 juta bisa ya buang duit 5 ribu sehari buat Togel  yang bahkan gak bikin perut kenyang.

Gw gak ngomong apa-apa lagi, gak akan lah gw nasehatin orang yang umurnya 2 kali umur gw. Pengalaman hidupnya pasti banyakan dia, ngapain pula gw sok-sok nasehatin. Dia pasti tau kok itu judi dan haram, dia juga pasti tau itu cuma buang-buang duit. Dan duit yang dia buang percuma itu duit dia sendiri, bukan duit gw jadi gak ada urusan sama gw.

Beda lagi sama Yuli pegawai kantin disini, tadi sambil nanyain pesenan makan siang gw dia curhat ( lagi-lagi tanpa gw tanya) masalah keuangan rumah tangganya dia.

“Pusing bu, laki saya cuman ngasih 150 ribu sebulan, mana cukup buat makan sama ongkos bocah” . Yuli ini seumur sama gw ( 27 tahun) tapi udah punya anak 2 sekolah SD, gw kalah pengalaman lagi. Jadi gw cuma bisa senyum aja.

Masalah duit emang ruwet. Orang yang gajinya 30 juta atau mungkin 50 juta bukan berarti gak pusing mikirin duit.  Bahkan makin banyak duitnya (katanya) makin banyak stressnya. Bedanya kalo orang berduit lebih lagi stress bisa kabur refreshing ke luar negeri atau ngendon di spa seharian, kalo yang duitnya cekak mentok-mentok nonton dangdutan yang gratiss 😛

Tapi dari banyak orang golongan ekonomi bawah banget yang gw kenal, rata-rata gak punya perencanaan keuangan. Apa yang mau direncanain kalo duitnya gak ada?  Tapi mereka cenderung kurang rasional masalah duit. Tetangga gw, tukang gorengan, bisa lho pinjem duit di koperasi RT buat beliin anaknya HP baru yang bisa Fesbukan. Gw jatohnya bukan kasian dengernya tapi ngenes, ya oloh mending buat nambah modal dagang bu.

Emang sih gak bisa dipukul rata, gak semua begitu. Ada juga yang hebat banget ngatur duit yang cuma seiprit sampa bisa nguliahin anaknya.

Kalau kita terlahir miskin, itu nasib

kalo kita mati miskin, itu karena kebodohan kita sendiri

Entah pernah denger dimana kata-kata tadi. Yang jelas kesuksesan enggak melulu di ukur dari banyaknya duit yang kita punya, tapi melarat gak punya duit karena pilihan hidup yang bodoh itu kebangetan.

Sekian curhatan duit di tanggal tua ini, semoga kita lebih semua bijak dalam memakai benda yang bernama duit tadi. Secara nyari duit capek ya bok 🙂

Bapertarum

Buat yang PNS dan lagi ngebangun rumah atau ngajuin kreditan rumah tau gak yang namanya Bapertarum-PNS alias Badan Pertimbangan Tabungan Rumah Pegawai Negeri Sipil? Enggak tau? Sama dongs, tos dulu kalo gitu.

 

Atau lebih mundur lagi, tau gak kalo tiap bulan gaji kita dipotong untuk tabungan perumahan? Enggak tau juga?? Berarti bukan gw doang yaa yang kuper masalah ginian.

Jadi sebenernya sodara-sodari sesama abdi negara, tiap bulan tuh gaji kita yang kecil itu dipotong untuk tabungan perumahan besarnya yaitu:

Golongan I      : Rp 3.000,-
Golongan II    : Rp 5.000,-
Golongan III   : Rp 7.000,-
Golongan IV   : Rp10.000,-

 

Keciiil bangets yaa, pantes gak kerasa 😛

Nah Bapertarum-PNS ini badan yang mengelola dan menyalurkan uang hasil potongan tadi. Uang tabungan perumahan ini bisa kita minta untuk bantuan uang muka KPR atau bantuan biaya membangun.

 

Besarnya bantuan yang kita bisa peroleh yaitu :

  • Rp. 1,2 juta untuk golongan I
  • Rp. 1,5 juta untuk golongan II
  • Rp. 1,8 juta untuk golongan III

 

Lagi-lagi keciil bangets ya nominalnya, yaaah secara nabungnya juga kecil kan.

Menurut gw jumlah itu emang gak signifikan jumlahnya dibandingin sama uang muka KPR atau biaya membangun rumah jaman sekarang yang puluhan bahkan ratusan juta besarnya.

 

Tapii uang tabungan perumahan ini hak kita loh sebagai PNS jadi walopun kecil dan gak bisa ngaruh banyak (paling cuma bisa nambahin beli gorden) sebaiknya diajukan aja.

 

Pertimbangannya: kalo gak diambil sekarang memang bisa diambil setelah Pensiun tapii jumlah uangnya gak akan banyak berubah loh. Misalnya kita masa kerjanya 20 tahun, 10 tahun golongan III 10 Tahun sisanya golongan IV maka jumlah tabungan yang dikembalikan:

10 x 12 x Rp. 7000    = Rp.   840.000

10 x 12 x Rp.10.000 = Rp.1.200.000

Total                                 = Rp.2.040.000

Bandingin jumlahnya kalo di ambil sekarang, misalnya kita golongan III jumlah yang kita dapet Rp.1.800.000,- cuma selisih Rp.240.000,-

 

Padahal nilai uang Rp.2.040.000,- 20 tahun lagi pastinya jauuuuh lebih kecil daripada sekarang (sekarang aja udah kecil T_T) itulah salah satu pertimbangan gw berniat ngambil si taperum ini sekarang, alesan lainnya karena udah bokek sebokek-bokeknya.

 

Nah persyaratan untuk ngambil taperum ini bisa diliat di websitenya Bapertarum-pns Nah mari kita lanjutkan usaha mencari duit tambahan buat bangun rumah 🙂

 

Gw sama suami baru tahap ngumpulin persyaratan nih, ntar kalo udah ada hasilnya di update lagi lah.

 

Kata Orang

 

Bikin rumah itu bikin stress?

 

Ternyata…. Bener bangets.

 

Belom ada separo jalan dan gw hampir termehek-mehek liat jumlah duit yang keluar. Buat ini-itu entah bahan bangunan, ijin bangunan sampe bayar tukang.

 

Buat Gambaran aja yaa, sejauh ini gw udah beli besi 200 batang yang harganya antara 40.000 – 80.000/ batang tergantung ukuran trus semen merek tigar*da 200 sak yang harganya 55.000/sak.

 

Yang paling bikin gw kaget adalah harga kayu, gile bener dah ternyata jutaan toh gw pikir murah secara indonesia masi banyak hutan (ampuni pikiran bodoh hamba ya Allah) Dan ini belom separo jalan *narik napas dalam-dalam* jadi buat temen-temen yang mau bikin rumah trus pengen nabung bahan bangunan saran gw adalah : beli besi sama kayu.

 

Dan kenapa pula bikin IMB itu berbelitbelit prosedurnya yaa? Rasanya kayak orde baru banget deh.

 

Trus ongkos tukang juga gak murah, sehari upahnya 70.ooo trus keneknya 50.000 sehari. Kalo pake tukang 5 orang dan kenek 5 orang silakan di itung sendiri deh gw pingsan aja sebentar.

 

Apa gw dan hubby punya banyak duit? enggak. Apalagi ayam gw gak bertelur emas, jadi gak ada harapan tiba-tiba gw tajir melintir.

 

Trus kenapa bangun rumah? Yaaah mumpung anak masih kecil dan baru satu, jadi menurut gw mending babak belur sekarang aja deh daripada nanti-nanti pas anak-anak udah pada sekolah. Tau sendiri kan biaya sekolah mihil.

 

Trus duitnya darimana dong? Minjemlah sama bank, hihihi bener-bener manusia mental kreditan nih gw. Yaah minjem istilah senior gw dikantor “anggap aja nabung ty, tapi ambil dimuka biar gak berasa diporotin sama bank tiap bulan bayar cicilan”.

 

Dan gw baru tau kalo ternyata waktu kita ngajuin pinjeman itu bank bakal ngeliat semua track record keuangan kita. Mulai dari kartu kredit (ini gw gak punya), KPR, sampe pinjeman-pinjeman lainnya. Untungnya gw gak ada masalah disini, jadi Alhamdulillah lolos.

 

Gimana pengaturan keuangan setelah ini? Yaah gw blom tau, bego bener dah gw masalah ini. Prinsipnya sih sambil berjalan kita liat pos-pos apa yang harus dihilangkan atau kalo gak mungkin ya minimal dikecilkan.

 

Pos-pos yang gak mungkin dikecilkan apalagi dihilangkan antara lain :

  • KPR rumah cibubur, duuh ini masih 7 taun lagi lunasnya ::sigh::
  • Tabungan rencana
  • Reksadana saham, yaelah ty cuman 100rebu gitu loh masa mau dikecilin lagi?!
  • Reksadana Pendapatan tetap
  • Asuransi, eh yang ini kan bayarnya 6 bulan sekali jadi bisa bayar pake bonus tahunan (kalo bonusnya ada, yaah minimal pake gaji 13 lah)
  • Gaji asisten si mamah (berhubung gw masi numpang jadi asisten si mamah  gw yg bayarin)

 

Kalo diliat-liat banyak juga yang gak bisa dikutak-kutik, kayaknya yang memungkinkan buat dikurangin cuma biaya yang berhubungan sama makan atau gaya hidup. Jadi bye-bye belanja online, sayonara ngopi gaul *sambil ngelap aer mata*

 

Tapiiii hidup gak mesti merana cuman gara-gara hepeng berkurang toh, jadi selamat datang gaya hidup medit hemat. Mulai sekarang kayaknya gw mau bawa bekel ke kantor deh, atau jualan apa gitu buat nambah-nambah penghasilan atau paling nekat manfaatin anak gw yang imut-imut buat ngamen, hehehehe gak deng bisa dibacok bapaknya ntar.

 

Kalo ada yang kebetulan baca, saya sekeluarga minta do’anya yaa supaya lancar proyek rumah ini. Sumpah do’anya pasti berharga banget deh buat saya.

 

 

 

 

Lagi-lagi masalah investasi

Pusyiiingg tujukeliling, ini lanjutan postingan sebelumnya, karena masi punya pe-er investasi yaitu emas dan reksadana selain saham akhirnya rajinlah gw ceki-ceki harga emas disini dan mosooloh mihil imit yak?! hiiksss, jadi di tundalah hasrat mulia investasi emas menunggu harganya lebih manusiawi 😛
Trus masalah reksadana jenis lain, gw tertarik bgt sama reksadana Pasar Uang nih. Walopun lebih konservatif dan cuma beda tipis sama deposito tapi teteup lebih dong ya judulnya. Memantau dan memantau, ceki sana ceki sini kayaknya mau ambil yg manuhidup lagi deh. Abisnya dia bebas charge sih *emakmedit*

Oia, dari hasil browsing sana-sini, tiba2 gw dapet link ini dari blognya bu guru tya yang super informatif. Jadi tertarik juga, karena seperti kata orang bijak yang mudah-mudahan juga bayar pajak, kalo mau berinvestasi harus punya ilmunya. Jangan asal ikut-ikutan aja, ntar nyesel campur nangis dihari tua kan gak seru 🙂

Tapi melihat jadwalnya, kayaknya gw baru bisa ikut setelah lebaran deh nunggu neng shira tersayang lewat 1 taun umurnya. Kalo sekarang sepertinya suliiitt. Tapi niat baik udah dicatet sebagai pahala toh?! Jadi gapapa lah ikutnya masih nanti yang penting niatnya udah dibayar di muka.

Jujur yaa, masalah investasi ini bikin gw muter otak banget. Karena seperti problem klasik pasangan muda lainnya yaitu “Banyak kemauan kurang kemampuan” gw dan hubby punya banyaak banget kemauan jadi terpaksalah sekarang memilah-milah mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Hasilnya : kita nunda hasrat kredit mobil !! Karena setelah di itung-itung kayaknya gak urgent deh sekarang. Mungkin 3 taun lagi lah, nunggu ekonomi kita lebih stabil ( dan adek-adek lulus kuliah).

Tapi entah kenapa ya hati gw rasanya lebih tenang sekarang, paling enggak gw tau lah kalo gw udah di jalan yang benar bukan jalannya orang-orang yang tersesat *halah*

Ayoo semangat mencapai masa depan yang cerah dan terencana..

P.S gudbye untuk Bu mentri keuangan kita, bu Sri Mulyani Indrawati. Terimakasih atas kerja kerasnya selama ini..

ibu-ibu dan investasi keluarga

yah setelah jadi istri orang dan akhirnya (Alhamdulillah) punya anak yang cantik barulah terpikir untuk berinvestasi. Telat bener yak?! Bagusnya siih investasi tuh di mulai sedini mungkin, kalo bisa sebelum punya anak lah. Karena punya anak tuh = pengeluaran edan-edanan, ya bajulah yang mesti tiap bulan dibeli karena bayi cepeett banget tumbuhnya, pampers lah, endebre-endebre lainnya yang kalo dijumlah hasilnya nyaris sepertiga gaji.

Tapi karena kesadaran berinvestasi baru datang sekarang, ya lebih baik terlambat daripada gak sama sekali lah yaa. Setelah baca sana-sini, browsing sana-sini, plus semedi bermingu-minggu maka mulailah gw mengamati celah-celah berinvestasi. Baca dari sini juga dari sini bikin gw mau nangis liat angka-angka yang berjejer-jejer. Dan tiba-tiba gw bersyukur kawin muda, berarti waktu gw bersiap-siap masih cukup lah.

Investasi pertama:

Property, selain rumah di cibubur country yang cicilannya masih 8 tahun lagi itu  :sigh:  me & hubby punya tanah yang rencananya mau dibangun rumah lagi (sekarang kita masih menebeng di rumah ortu gw karena pertimbangan, hmm males pindah hihihi) jadi tanah ini letaknya dekeett bgt sama rumah ortu gw. Maafkan akyu hubby, akyu memang manja 🙂

Investasi kedua:

Reksadana saham, ambil manuhidup  Dana Saham dengan sistem installment dari Bank Mandisendiri, cukup 100rb/ bulan karena ini rencananya buat jangka panjang.

Investasi ketiga:

Tabungan Rencana di Bank Mandisendiri, installment 500rb/bulan, ini untuk jangka menengah, sebenernya mau semua dicemplungin di reksadana tapi inget pepatah “jangan naro semua telur di keranjang yg sama”

Baru segitu aja sih, masih banyak rencana investasi yang belom dicapai, insyaAllah bulan-bulan kedepan akan dilanjutkan. Masih harus memilah Reksadana Campuran sama mau beli-beli Logam Mulia, huufftt begini nih nasib hidup di indonesia yg tingkat inflasinya gak kira-kira (eh masih mending deh kalo dibandingin sama Zimbabwe) bikin duit cepet kurus, padahal yang ngumpulin duit gak kurus-kurus..